I P P M I
Rumah Bersama Ikatan Pelaku Pemberdayaan Masyarakat Indonesia ( IPPMI ) Indonesia Association for Community Empowerment and Development ( INACED) Rumah untuk berbagi pengalaman dan bertukar pengetahuan ...
Thursday, August 15, 2019
Monday, August 5, 2019
Penguatan Kapasitas Pendamping Rembuk RW, Musrenbang Jakarta 2019
Jakarta, 3 sd 24 Desember 2018
Peserta Pelatihan Pendamping Rembuk RW gelombang pertama ( 3 sd 4 Desember 2018) di Kelas A, diikuti sebanyak 23 Orang peserta dari 27 orang (calon) Pen-damping Rembuk RW, masing berasal warga utusan Kelurahan Sukabumi Utara (11 orang), Kelurahan Sukabumi Selatan (11 orang) dan Kelurahan Kedoya Selatan (5 orang). Pelatihan difasi-litasi oleh fasilitator IPPMI, Moefid Maghfoedin dan Ibnu Taufan.
Peserta Pelatihan Pendamping Rembuk RW gelombang pertama ( 3 sd 4 Desember 2018) di Kelas A, diikuti sebanyak 23 Orang peserta dari 27 orang (calon) Pen-damping Rembuk RW, masing berasal warga utusan Kelurahan Sukabumi Utara (11 orang), Kelurahan Sukabumi Selatan (11 orang) dan Kelurahan Kedoya Selatan (5 orang). Pelatihan difasi-litasi oleh fasilitator IPPMI, Moefid Maghfoedin dan Ibnu Taufan.
Materi Pelatihan
Materi pelatihan dikemas dalam bentuk modul pelatihan yang terbagi dalam 7 (tujuh) pokok bahasan, yaitu:
- Kebijakan Musrenbang Jakarta Tahun 2019 (Kebijakan dan Mekanisme Musrenbang Jakarta 2019, Sistem e-Musrenbang)
- Orientasi Belajar
- Tugas dan Fungsi Pendamping Rembuk RW
- Teknik Fasilitasi: Teknik Memfasilitasi Partisipatif, Teknik Memfasilitasi Penggalian Aspirasi Warga dan Pelatihan/Pembekalan Penggalian Aspirasi Warga di tingkat RT,
- Fasilitasi Rembuk RW dan;
- Evaluasi Pelatihan dan Rencana Tindak Lanjut.
Dinamika Kelas
- Pelatihan dilaksanakan dengan pendekatan partisipatif yang melibatkan peserta pelatihan atau warga belajar secara aktif. Proses pelatihan difasilitasi oleh 2 (dua) fasilitator/nara sumber, kecuali untuk Pokok Bahasan 1, juga difasilitasi oleh nara sumber dari Subanppeko wilayah.
- Proses pelatihan berlangsung sesuai dengan struktur dan sistimatika pelatihan ini. Uraian pokok bahasan diawali dengan penjelasan umum garis besar isi pokok bahasan, tujuan setiap pokok bahasan, sub pokok bahasan, metoda, media dan bahan belajar. Proses diskusi dan interaksi peserta berjalan secara dinamis. Peserta diupayakan untuk aktif menyampaikan pendapat dan pengetahuan yang diketahui (curah pendapat). Pada akhir sesi, dirangkum sebagai kesimpulan yang melengkapi pokok bahasan lainnya.
- Peserta dengan beragam latar belakang dan pengalaman, tetapi dapat memahami materi Orientasi Belajar, sehingga kondusif mengikuti proses pelatihan seluruh materi pokok bahasan selanjut. Interaksi antar peserta juga berlangsung dengan dinamis. Walaupun beberapa peserta memerlukan adaptasi dengan pendekatan pelatihan androgogi (pelatihan orang dewasa). Partisipasi peserta cukup mendukung dinamika pelatihan/kelas.
- Munculnya Kesadaran Peserta. Sudah terlihat dari materi di hari pertama Orientasi Belajar, dan berlanjut hingga hari terakhir. Pelatihan yang diselenggarakan ini sendiri sudah menjadi pembeda dari rutinitas musrenbang sebelumnya, adanya perbedaan dengan merekrut Penamping Rembuk RW dan dilatih secara khusus untuk mendampingi proses musrenbang yang dimulai dari Rembuk RW. Sangat terlihat dengan jelas selama 2 hari proses pelatihan, metode POD dan proses kritis yang dialami sangat membangun kesadaran mereka untuk peduli dengan lingkungannya.
- Peserta termotivasi dengan muatan-muatan materi yang menggerakan mereka terbuka matahatinya, bahwa apa yang sedang didiskusikan ini ada di lingkungan mereka, dan melalui cara ini mereka termotivasi untuk melakukannya.
- Kemampuan dasar teknik komunikasi pun cukup beragam, sebagian sudah cakap berkomunikasi. Namun masih ada peserta yang lemah ketrampilan komunikasi sehingga tidak cakap mengartikulasikan materi pokok bahasan, menyampaikan pendapat dan gagasan, atau pun dalam peragaan simulasi (role play).
- Pendekatan partisipatif dan androgogi, sesungguhnya memerlukan waktu belajar yang cukup memadai;agar dapat memahami konsep yang diuraikan dalam setiap modul, serta mengenali kemampuan (indikator kunci) yang harus dimiliki oleh Pendamping Rembuk RW. Begitu pula informasi kunci terkait dengan sistem dan teknik penggunaan aplikasi berbasis teknologi digital.
- Beberapa pengetahuan dan ketrampilan teknis yang dilaksanakan melalui simulasi (role play) kegiatan yang akan dihadapi, karena terbatasnya alokasi waktu pelatihan, terbatas peserta pelatihan yang terlibat dan ambil bagian.
- Sasaran akhir pelatihan dan penugasan pendamping secara keseluruhan adalah meningkatnya kualitas perencanaan partisipatif sebagai bagian dari proses musrenbang di Jakarta. Untuk menjamin kualitas perencanaan partisipatif maka perlu perhatian pada entry level, yakni proses penggalian aspirasi warga. Dinamika kelas belum memperlihatkan peserta cukup memahami dengan baik, karena pada umumnya terperangkap pada sediaan panduan terutama template musrenbang. Dengan perhatian dan kesadaran proses kunci, sekaligus juga menjamin proses perencanaan akan semakin inklusif, semakin terbukanya partisipasi perempuan, kaum marginal, disabilitas dan isu2 laten lainya;
- Pendekatan partisipatif dan androgogi, -apalagi dengan beragamnya latar belakang peserta-, memerlukan waktu belajar/pelatihan yang cukup memadai. Agar peserta dapat memahami konsep yang diuraikan dalam setiap modul, serta mengenali esensi tugas dan fungsi yang harus dikuasai oleh Pendamping Rembuk RW. Termasuk pula informasi kunci terkait dengan sistem dan teknik penggunaan aplikasi berbasis teknologi digital;
- Efektifitas pelaksanaan Pendampingan Rembuk RW ini, tidak mungkin sepenuhnya diperoleh dari proses pelatihan in class training. Apalagi beberapa pokok bahasan dan simulasi terbatas waktunya. Implementasi dan pelaksanaan tugas dan fungsi Pendamping Rembuk ketika memfasilitasi Rembuk RW (juga tahapan penggalian aspirasi warga). Oleh karena itu, Fasilitator/Nara Sumber dan/atau pihak terkait Subanppeko seyogyanya melakukan pendampingan in-service training dalam bentuk bimbingan ( coaching dan supervisi ) pelaksanaan persiapan Rembuk RW.
Refleksi
- Desain pelatihan yang menuntut kompetensi ini, seyogya dirancang dengan berbasis pada kajian kebutuhan pelatihan atau training need assessment, sehingga desain pelatihan (kurikulum dan materi) dapat mengakomodasi tugas dan fungsi pendamping Rembuk RW yang lebih tepat;
- Terkait dengan penggalian aspirasi warga, perlu ditekankan pada kemampuan pendamping untuk memfasilitasi warga menemu-kenali dengan baik (identifikasi atau inventarisasi masalah) di lingkungannya dengan seksama, tidak terpaku pada usulan kegiatan (sub projects) yang tertuang dalam pedoman musrenbang, khususnya pada template musrenbang yang seyogyanya menjadi referensi atau acuan usulan kegiatan yang layak (teknis dan ekonomis/finansial) untuk dituangkan pada rekapitulasi usulan (Form-7) pada forum Rembuk RW.
- Tidak semua peserta memiliki pengalaman mengikuti proses musrenbang. Materi pelatihan merupakan pengetahuan baru, yang seyogyanya didukung dengan sumber bacaan dan referensi yang cukup. Sebagai upaya mendorong agar Pendamping Rembuk RW terus belajar, seyogyanya dalam pelatihan semacam ini, peserta membuat Kertas Kerja yang merekam dan mencatat informasi kunci yang diperoleh selama pelatihan, berikut catatan teknis dari setiap pokok bahasan, maupun hasil akhir simulasi pelatihan, yakni memasukan (input) usulan kedalam system eMusrenbang. Kertas Kerja ini akan menjadi buku pegangan Pendamping saat melaksankan tugas pendampingan.
- Alat bantu/media pelatihan yang dipergunakan dapat dikembangkan sejalan dengan pengalaman memfasilitasi pendampingan Rembuk RW tahun 2019 ini, proses fasilitasi, interaksi dan saling belajar kedalam media digital ( video, foto, infografis).
- Potensi munculnya pengayaan gagasan dalam Penggalian Aspirasi Warga. Dengan terbukanya kesadaran peserta tentang teknik partisipatif dalam fasilitasi aspirasi warga, akan dimungkinkan munculnya banyak gagasan yang nyata dilapangan, sementara alat penyaring yaitu: Template, Infobang dan daftar larangan, akan memunculkan banyak gagasan yang tidak bisa diakses melalui Musrenbang. Perlu ada inisiatif untuk tetap menampung gagasan warga yang tidak bisa di akses ke Musrenbang, kerjasama dengan pihak luar sangat di sarankan untuk membuka akses sumber pendanaan dan penguatan kapasitas ke lembaga2 yang menangani isue-isue terkait, seperti lembaga filantropi, CSR, NGO nasional dan international, serta lembaga-lembaga yang relevan (BNN, HIV-AID) dan lainnya.
- Memperhatikan alur tahapan rembuk RW, terdapat beberapa titik kritis di beberapa tahapan, yaitu: Pelatihan RT, Penggalian Aspirasi Warga, dan Rembuk RW. Materi Simulai perlu dilakukan di 3 tahapan tersebut, yang bisa dilakukan dengan pembagian 3 kelompok di kelas yang diberi tugas simulasi masing2, selanjutnya dikritis bersama.
Pesanggrahan, Desember 2018
@ibnutaufan
Saturday, August 3, 2019
Catatan Pengalaman Anggota IPPMI ...
Sekilas rangkuman catatan pengalaman anggota IPPMi dan perkumpulan IPPMI .. sila pelajari lebih lengkap di https://drive.google.com/drive/my-drive .. dan sampaikan koreksi, umpan balik dan saran meelengkapi melalui email kepada itaufan@gmail.com...
rangkuman pengalaman anggota dan perkumpulan IPPMI, masukan untuk penyiapan program Peningkatan Kapasitas Pendamping Masyarakat |
PROFIL IPPMI 2019
IPPMI merupakan wadah organisasi dan forum komunikasi bagi para pelaku pemberdayaan masyarakat yang tersebar di seluruh Indonesia. Dan berfungsi sebagai wadah komunikasi, pembinaan, konsultasi dan koordinasi antara pelaku pemberdayaan masyarakat dengan profesi lainnya, pemerintah, swasta, internasional, dan lembaga/ instansi masyarakat.
Organisasi dan perkumpulan ini juga berfungsi sebagai wadah penyalur aspirasi/kepentingan para pelaku pemberdayaan masyarakat. IPPMI bersifat terbuka dan mandiri, menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, berpandangan ke masa depan (visioner), menegakkan sikap disiplin, profesionalisme, mendorong kerjasama, serta membangun perilaku bertanggung jawab, adil dan peduli pada masyarakat warga terutama masyarakat miskin.
Mengenal lebih jauh dan mendlam, sila kunjungi : https://drive.google.com/drive/my-drive
Salaam Pemberdayaan
Jakarta Selatan, 2019
Nasihat Bijak Sufi
Kesalahan seorang dokter akan terkubur di dalam tanah. Kesalahan seorang insinyur akan terpancang di atas tanah. Kesalahan seorang guru akan berjalan di atas tanah.
( https://islamindonesia.id/hikmah/hikmah-20-nasihat-bijak-sufi.htm )
( https://islamindonesia.id/hikmah/hikmah-20-nasihat-bijak-sufi.htm )
- Di zaman materialis ini, duduknya Anda sendirian lebih baik dari duduknya Anda bersama orang-orang yang memandang merk sepatu Anda sebelum akal Anda.
- Sungguh menyakitkan ketika Anda merindukan seseorang yang asyik diajak bicara, hati tenang bersamanya, asyik sebagai teman curhat kemudian ketika Anda bertemu dengannya kembali, Anda merasakan perubahan pada dirinya dan tidak lagi mendengar Anda.
- Kita akan merasa kehilangan bukan akibat kematian seseorang yang kita cintai, namun ketika kehilangan jati diri mereka.
- Sebagian orang tidak abadi karena Anda, namun mereka abadi sesuai kebutuhan mereka kepada Anda.
- Puncak rasa sakit adalah saat orang-orang dekat mengecewakan Anda dan orang-orang asing justru menarik Anda.
- Kesalahan seorang dokter akan terkubur di dalam tanah. Kesalahan seorang insinyur akan terpancang di atas tanah. Kesalahan seorang guru akan berjalan di atas tanah.
- Sungguh benar bahwa sebelah tangan tidaklah untuk bertepuk namun untuk berjabat.
- Lantaran kita memiliki beban yang berat, mereka menyangka kita tidak berperasaan.
- Perasaan terberat adalah ketika Anda berbicara dengan seseorang secara formal setelah dia menjadi orang yang terdekat di hati.
- Berhati-hatilah dengan orang yang banyak memaafkan. Sesungguhnya ketika mereka meninggal niscaya tidak akan kembali selamanya.
- Ketika aku menyalahkanmu bukan berarti Anda salah dan aku benar. Aku hanyalah menyapu debu dari salah paham yang terjadi dan aku hanya ingin menjaga dirimu.
- Orang yang cacat memandang Anda lebih rendah darinya karena cacat yang ada pada dirinya menyeluruh hingga kedua matanya.
- Agar orang-orang di hadapan Anda menghormatimu, maka hormatilah orang-orang yang tidak ada di hadapan Anda.
- Sebagian orang di dunia kita mengalami keterbelahan jiwa, mereka mengatakan hal-hal yang indah namun melakukan hal-hal yang buruk.
- Lebih buruk dari perpisahan adalah saat Anda dekat namun asing.
- Tidak setiap pemilik akal menggunakannya.
- Tidak setiap yang diam berarti tidak mampu menjawab. Ada yang diam agar tidak melukai selainnya. Ada yang diam karena sedang sakit dan berbicara justru menambah rasa sakitnya.
- Di antara tanda orang yang sakit adalah orang yang menyakiti Anda karena takut sakit.
- Hidup itu keras namun dilembutkan oleh banyaknya kawan dan cinta serta jiwa-jiwa yang jernih.
- Ada pribadi-pribadi yang ketika Anda bertemu dengan mereka seolah Anda merasa bertemu diri sendiri. Simpanan terbaik seorang insan adalah rasa cinta terhadap orang lain.
Tom/Islamindonesia
Tuesday, July 23, 2019
Saturday, September 4, 2010
Bupati Sarmi, Papua. Pro Poor..
Eduard Fonataba, Bupati di Papua yang Dapat Tiga Penghargaan Muri. Awalnya Trenyuh Melihat Rakyat Berjalan Kaki 7 Kilometer.
Tak Disangka, karena niatnya hanya berikan yang terbaik bagi rakyat, meraih tiga penghargaan sekaligus dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) adalah suatu prestasi yang ingin digapai oleh setiap orang. Namun Bupati Sarmi Drs. E. Fonataba, MM justru sama sekali tak mengira kalau dirinya bakal meraih penghargaan itu. Lalu apa sebenarnya yang dilakukan?
Laporan: MAHFUD ROHMAN N - Jayapura I Cendrawasih Pos 31 Agustus 2010
Rasa syukur pada Tuhan tak henti-hentinya dipanjatkan oleh Bupati Sarmi Drs. E. Fonataba,MM bersama istrinya Ny. Amelia Waromi Fonataba setelah dirinya dianugerahi tiga penghargaan sekaligus dari MURI. Sesuai dengan yang disampaikan Senior Manager MURI Paulus Pangka, pemberian penghargaan ini didasarkan beberapa kriteria, di antaranya sebuah karya yang bisa dikatakan unik dan belum pernah ada sebelumnya atau bisa jadi melakukan sesuatu yang lebih dari apa yang pernah dinobatkan.
Menurut Paulus, penghargaan terhadap Bupati Sarmi Drs. Eduard Fonataba,MM ini, yang pertama karena ia sebagai Bupati yang berhasil membangun rumah type 36 terbanyak di wilayahnya sejumlah 2.499 unit. Kedua, Bupati yang memberikan sumbangan Truk terbanyak 48 unit di wilayahnya pada masa kepemimpinannya 2005-2010, dan ketiga, Bupati yang paling sedikit melakukan kunjungan kerja keluar daerah yaitu hanya 4 kali selama masa kepemimpinannya 2005-2010.
Saat ditanya Cenderawasih Pos Sabtu (28/8) tentang penghargaan yang diterimanya itu, dengan nada merendah Fonataba menuturkan, sebelumnya, dirinya sama sekali tidak menyangka bakal menerima penghargaan seperti itu, apalagi tiga penghargaan sekaligus. Sebab ia merasa bahwa apa yang dilakukannya selama ini merupakan kewajibannya selaku pemimpin di daerah Sarmi dan tekadnya hanya satu yaitu memberikan yang terbaik bagi rakyat.
"Saya sadar bahwa suara rakyat adalah suara Tuhan. Kemudian untuk menjalankan apa yang diamanatkan oleh rakyat itu waktunya terbatas. Saya juga sadar bahwa tidak semua orang mendapat kesempatan menjadi pemimpin. Karena itu, waktu yang ada saya gunakan untuk berbuat yang terbaik bagi rakyat," tuturnya.
Alumni Magister Manajemen Universitas Hasanuddin tahun 2002 ini menjelaskan, sejak tahun 2003 ketika dirinya dipercaya sebagai penjabat Bupati Sarmi, maka dari 365 hari dalam satu tahun, 330 hari diantaranya selalu berada di tempat tugas.
"Sebagai daerah baru, kalau pemimpinnya tidak ada di tempat, maka akan sangat sulit untuk membangun kepercayaan dari rakyat. Dengan demikian, bila selalu berada di tempat, maka ketika ada masalah bisa langsung dipecahkan oleh pemimpinnya," ujar bapak dari empat anak ini.
Meski selalu berada di tempat tugas, namun Bupati ini tidak hanya berada di belakang meja, tetapi sangat rajin turun ke kampung-kampung. Selain untuk mengetahui apa yang dibutuhkan rakyat, juga untuk mengetahui masalah-masalah apa yang sedang dihadapi oleh rakyat, sehingga apa yang diprogramkan adalah hal-hal yang memang benar-benar dibutuhkan oleh rakyat.
Mengenai pembangunan rumah rakyat type 36 yang akhirnya mendapatkan penghargaan MURI itu, Bupati Fonataba menjelaskan, ide pembangunan rumah rakyat ini bukan dari dirinya, melainkan pemikiran dari sang istri, Ny. Amelia Waromi Fonataba.
"Ketika itu, sekitar pukul 19.30 saya dan ibu melewati Kali Waskei di Kampung Bagaserwar. Kami melihat warga di kampung itu sedang pulang dari kebun dengan jalan kaki yang jaraknya 7 Km. Waktu itu ibu langsung bilang, sebaiknya pemerintah bangunkan mereka rumah-rumah di kebunnya, supaya efektif, dalam arti kalau mau ke kebun tidak perlu jalan jauh lagi dari rumahnya," kisahnya.
Sejak itu, mulai tahun 2006 dianggarkan pembangunan rumah rakyat sebanyak 100 unit, type 36. 50 unit rumah di Kampung Bagarserwar dan 50 unit lagi di Kampung Kasukue. Pembangunan rumah ini dilakukan di atas tanah adat masyarakat setempat dan yang menentukan adalah ondoafi (tokoh adat) dan kepala kampung, sehingga tidak ada masalah di kemudian hari.
"Dalam setiap rumah itu juga diberi 2 tempat tidur dan lampu solar sel serta sumur. Setelah rumah jadi, kami melihat ada anak-anak yang sedang belajar di rumahnya di bawah cahaya lampu dari solar sel itu. Sungguh kami terharu saat itu, karena di tengah hutan yang tadinya gelap, kini mereka sudah mulai merasakan sedikit kemajuan," ucap Bupati Fonataba yang juga pernah mendapatkan penghargaan Satyalancana Pembangunan di tahun 2009 ini.
Dari situlah kemudian di tahun 2007 dianggarkan lagi pembangunan rumah rakyat sebanyak 600 unit lebih, kemudian di tahun 2008 juga 600 unit lebih, hingga akhirnya di tahun 2010 ini telah mencapai 2.499 unit. "Untuk satu kali tahun anggaran dananya sekitar Rp 80 miliar dari Dana Alakasi Umum (DAU), dimana untuk satu unit rumahnya dianggarkan Rp 120 juta dan ada yang Rp 140 juta, tergantung tingkat kesulitan daerahnya. Namun sekarang ini transportasi darat sudah lancar, sehingga anggaran 1 unit rumah rata-rata Rp 100 juta," terang alumni IIP tahun 1987 ini.
Pembangunan rumah ini dilakukan di pinggir-pinggir jalan supaya memudahkan akses transportasi dalam memasarkan hasil kebun rakyat. Dimana jarak antar rumah yang satu dengan yang lain 100 meter. Di halaman rumah digunakan untuk tanam bunga, samping kanan atau kiri rumah untuk ubi-ubian dan sayur-sayuran, serta belakang rumah untuk berkebun. Baik itu kebun kakao, kelapa, durian, sagu, mangga dan sebagainya. "Ini sudah diprogramkan dalam Gerakan Pembangunan (Gerbang) Sarmiku. Tahap berikut akan dibangun kolam untuk perikanan dan ternak ayam. Untuk mendorong gerakan ini, kami juga sudah mengirim para kepala kampung, kepala distrik dan pimpinan SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) ke Sulawesi Selatan untuk belajar tentang cara memanfaatkan halaman dan cara berkebun. Bahkan hasilnya kini telah dirasakan oleh masyarakat," paparnya.
Dalam program pembangunan rumah rakyat ini tentu masih ada yang belum dapat, sehingga saat ini sedang dibangun jalan menuju kawasan baru yang jaraknya 5 hingga 10 Km dan akan dibangun rumah rakyat lagi di kawasan baru itu. "Untuk saat ini, yang sudah mendapatkan rumah itu mencapai 61% dari jumlah KK yang ada dan ke depannya akan dilanjutkan oleh bupati yang baru," tukasnya.
Setelah masyarakat mempunyai rumah dan berkebun, serta sudah mulai membawa hasil, maka harus ada alat transportasi untuk memasarkan hasil kebun itu, karenanya harus ada truk. "Kami mulai mengadakan program bantuan truk ke kampung-kampung ini pada tahun 2007, kemudian disusul tahun 2008, 2009 dan 2010, sehingga jumlah truknya telah mencapai 48 unit," jelas pria kelahiran 6 Oktober 1951 ini.
Pada dua tahun pertama, Pemda masih memberikan bantuan untuk perawatan truk itu, namun untuk tahun ketiga, pemerintahan di kampung itu sudah jalan sendiri. Yang mana tiga hari truk itu digunakan untuk memasarkan hasil kebun ke Kota Sarmi maupun ke Jayapura, kemudian 3 hari sisanya truk itu digunakan untuk mencari uang, sehingga bisa beli solar, bayar sopir maupun untuk perawatan.
"Memang berat, tetapi sekarang ini sudah ada tiga kampung yang sudah mampu beli truk lagi," katanya.
Di wilayah Sarmi sendiri awalnya ada 58 kampung, namun kemudian terjadi pemekaran kampung sehingga menjadi 86 kampung. Yang mendapat bantuan truk itu adalah kampung-kampung induk dan ke depannya program ini juga akan terus dilanjutkan.
Kemudian terkait penghargaan MURI sebagai Bupati yang paling sedikit dinas ke luar daerah yaitu hanya 4 kali selama periode 2005-2010, Fonataba menjelaskan, 4 kali dinas luar daerah itu adalah ke Jakarta. "Bahkan ada 2 tahun yang saya tidak ke Jakarta yaitu tahun 2008 dan tahun 2010 ini," tegasnya yang pada tahun 2010 ini juga mendapatkan penghargaan Satyalancana Karya Bakti Praja Nugraha.
Ini tentu sangat berbeda dengan bupati-bupati lain di Papua yang sangat sering pergi ke Jakarta, bahkan diantara mereka ada yang selalu weekend di Jakarta. Seringnya para bupati itu ke Jakarta juga ada yang beralasan untuk lobi ke pusat.
Saat ditanya mengapa tidak melakukan lobi seperti bupati lain? Dengan tegas Fonataba menyatakan, sekarang ini tidak perlu lagi yang namanya lobi, karena aturan sudah jelas. "DAU (Dana Alokasi Umum) dan DAK (Dana Alokasi Khusus) sudah jelas. Jadi tidak ada begitu-begitu lagi. Kalau dulu boleh begitu, tapi sekarang ini mereka (pemerintah pusat) melihat dari hasil kerja kita. Kalau kita kerja baik dan laporannya juga dikirim secara rutin, maka DAU dan DAK-nya pasti akan ditetapkan. Jadi untuk apa sebenarnya ke Jakarta? Kalau semua bupati datang lalu dikasih arahan itu kan hanya seremonial saja, lebih baik melihat kesulitan yang dialami rakyat," tandasnya.
Dengan adanya 3 penghargaan dari MURI ini, Bupati Fonataba mempersembahkannya untuk semua masyarakat Sarmi. "Semua yang kami kerjakan bersama Wakil Bupati Berthus Kyeu-Kyeu ini bukan karena kepandaian kami, tetapi karena Tuhan mengasihi kami dan karena rakyat juga selalu mengandalkan Tuhan. Sekali lagi, ini karena Tuhan yang telah mendengar seluruh apa yang kami kerjakan. Terimakasih buat Tuhan," ucapnya polos.
Secara khusus, Fonataba juga menyampaikan terimakasih kepada lima suku besar di Kabupaten Sarmi yaitu Sobe, Airmati, Rumbuway, Manirem dan Isirawa (yang membentuk kata Sarmi) yang telah memberi hak kesulungan untuk memimpin Sarmi dan juga kepada seluruh masyarakat yang telah memberi kepercayaan untuk memimpin Sarmi.
"Kami juga mengucapkan terimakasih kepada DPRD Sarmi yang telah menetapkan kami dalam Peraturan Daerah (Perda) sebagai peletak dasar pembangunan di Kabupaten sarmi," ucapnya.
Dalam perjalanan ini tentu ada kekurangan, karena itu Bupati Fonataba juga mohon maaf kepada seluruh masyarakat di Kabupaten Sarmi. "Kami berharap pemimpin yang akan datang akan lebih baik lagi dalam meneruskan pembangunan di Sarmi ini," pungkasnya yang mengakhiri masa tugasnya pada 26 Agustus 2010 ini. (***)
Semoga menjadi contoh dan tauladan bagi Bupati/Walikota. Juga bagi mereka yang bersiap mengikuti Pemilukada.
Rasa syukur pada Tuhan tak henti-hentinya dipanjatkan oleh Bupati Sarmi Drs. E. Fonataba,MM bersama istrinya Ny. Amelia Waromi Fonataba setelah dirinya dianugerahi tiga penghargaan sekaligus dari MURI. Sesuai dengan yang disampaikan Senior Manager MURI Paulus Pangka, pemberian penghargaan ini didasarkan beberapa kriteria, di antaranya sebuah karya yang bisa dikatakan unik dan belum pernah ada sebelumnya atau bisa jadi melakukan sesuatu yang lebih dari apa yang pernah dinobatkan.
Menurut Paulus, penghargaan terhadap Bupati Sarmi Drs. Eduard Fonataba,MM ini, yang pertama karena ia sebagai Bupati yang berhasil membangun rumah type 36 terbanyak di wilayahnya sejumlah 2.499 unit. Kedua, Bupati yang memberikan sumbangan Truk terbanyak 48 unit di wilayahnya pada masa kepemimpinannya 2005-2010, dan ketiga, Bupati yang paling sedikit melakukan kunjungan kerja keluar daerah yaitu hanya 4 kali selama masa kepemimpinannya 2005-2010.
Saat ditanya Cenderawasih Pos Sabtu (28/8) tentang penghargaan yang diterimanya itu, dengan nada merendah Fonataba menuturkan, sebelumnya, dirinya sama sekali tidak menyangka bakal menerima penghargaan seperti itu, apalagi tiga penghargaan sekaligus. Sebab ia merasa bahwa apa yang dilakukannya selama ini merupakan kewajibannya selaku pemimpin di daerah Sarmi dan tekadnya hanya satu yaitu memberikan yang terbaik bagi rakyat.
"Saya sadar bahwa suara rakyat adalah suara Tuhan. Kemudian untuk menjalankan apa yang diamanatkan oleh rakyat itu waktunya terbatas. Saya juga sadar bahwa tidak semua orang mendapat kesempatan menjadi pemimpin. Karena itu, waktu yang ada saya gunakan untuk berbuat yang terbaik bagi rakyat," tuturnya.
Alumni Magister Manajemen Universitas Hasanuddin tahun 2002 ini menjelaskan, sejak tahun 2003 ketika dirinya dipercaya sebagai penjabat Bupati Sarmi, maka dari 365 hari dalam satu tahun, 330 hari diantaranya selalu berada di tempat tugas.
"Sebagai daerah baru, kalau pemimpinnya tidak ada di tempat, maka akan sangat sulit untuk membangun kepercayaan dari rakyat. Dengan demikian, bila selalu berada di tempat, maka ketika ada masalah bisa langsung dipecahkan oleh pemimpinnya," ujar bapak dari empat anak ini.
Meski selalu berada di tempat tugas, namun Bupati ini tidak hanya berada di belakang meja, tetapi sangat rajin turun ke kampung-kampung. Selain untuk mengetahui apa yang dibutuhkan rakyat, juga untuk mengetahui masalah-masalah apa yang sedang dihadapi oleh rakyat, sehingga apa yang diprogramkan adalah hal-hal yang memang benar-benar dibutuhkan oleh rakyat.
Mengenai pembangunan rumah rakyat type 36 yang akhirnya mendapatkan penghargaan MURI itu, Bupati Fonataba menjelaskan, ide pembangunan rumah rakyat ini bukan dari dirinya, melainkan pemikiran dari sang istri, Ny. Amelia Waromi Fonataba.
"Ketika itu, sekitar pukul 19.30 saya dan ibu melewati Kali Waskei di Kampung Bagaserwar. Kami melihat warga di kampung itu sedang pulang dari kebun dengan jalan kaki yang jaraknya 7 Km. Waktu itu ibu langsung bilang, sebaiknya pemerintah bangunkan mereka rumah-rumah di kebunnya, supaya efektif, dalam arti kalau mau ke kebun tidak perlu jalan jauh lagi dari rumahnya," kisahnya.
Sejak itu, mulai tahun 2006 dianggarkan pembangunan rumah rakyat sebanyak 100 unit, type 36. 50 unit rumah di Kampung Bagarserwar dan 50 unit lagi di Kampung Kasukue. Pembangunan rumah ini dilakukan di atas tanah adat masyarakat setempat dan yang menentukan adalah ondoafi (tokoh adat) dan kepala kampung, sehingga tidak ada masalah di kemudian hari.
"Dalam setiap rumah itu juga diberi 2 tempat tidur dan lampu solar sel serta sumur. Setelah rumah jadi, kami melihat ada anak-anak yang sedang belajar di rumahnya di bawah cahaya lampu dari solar sel itu. Sungguh kami terharu saat itu, karena di tengah hutan yang tadinya gelap, kini mereka sudah mulai merasakan sedikit kemajuan," ucap Bupati Fonataba yang juga pernah mendapatkan penghargaan Satyalancana Pembangunan di tahun 2009 ini.
Dari situlah kemudian di tahun 2007 dianggarkan lagi pembangunan rumah rakyat sebanyak 600 unit lebih, kemudian di tahun 2008 juga 600 unit lebih, hingga akhirnya di tahun 2010 ini telah mencapai 2.499 unit. "Untuk satu kali tahun anggaran dananya sekitar Rp 80 miliar dari Dana Alakasi Umum (DAU), dimana untuk satu unit rumahnya dianggarkan Rp 120 juta dan ada yang Rp 140 juta, tergantung tingkat kesulitan daerahnya. Namun sekarang ini transportasi darat sudah lancar, sehingga anggaran 1 unit rumah rata-rata Rp 100 juta," terang alumni IIP tahun 1987 ini.
Pembangunan rumah ini dilakukan di pinggir-pinggir jalan supaya memudahkan akses transportasi dalam memasarkan hasil kebun rakyat. Dimana jarak antar rumah yang satu dengan yang lain 100 meter. Di halaman rumah digunakan untuk tanam bunga, samping kanan atau kiri rumah untuk ubi-ubian dan sayur-sayuran, serta belakang rumah untuk berkebun. Baik itu kebun kakao, kelapa, durian, sagu, mangga dan sebagainya. "Ini sudah diprogramkan dalam Gerakan Pembangunan (Gerbang) Sarmiku. Tahap berikut akan dibangun kolam untuk perikanan dan ternak ayam. Untuk mendorong gerakan ini, kami juga sudah mengirim para kepala kampung, kepala distrik dan pimpinan SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) ke Sulawesi Selatan untuk belajar tentang cara memanfaatkan halaman dan cara berkebun. Bahkan hasilnya kini telah dirasakan oleh masyarakat," paparnya.
Dalam program pembangunan rumah rakyat ini tentu masih ada yang belum dapat, sehingga saat ini sedang dibangun jalan menuju kawasan baru yang jaraknya 5 hingga 10 Km dan akan dibangun rumah rakyat lagi di kawasan baru itu. "Untuk saat ini, yang sudah mendapatkan rumah itu mencapai 61% dari jumlah KK yang ada dan ke depannya akan dilanjutkan oleh bupati yang baru," tukasnya.
Setelah masyarakat mempunyai rumah dan berkebun, serta sudah mulai membawa hasil, maka harus ada alat transportasi untuk memasarkan hasil kebun itu, karenanya harus ada truk. "Kami mulai mengadakan program bantuan truk ke kampung-kampung ini pada tahun 2007, kemudian disusul tahun 2008, 2009 dan 2010, sehingga jumlah truknya telah mencapai 48 unit," jelas pria kelahiran 6 Oktober 1951 ini.
Pada dua tahun pertama, Pemda masih memberikan bantuan untuk perawatan truk itu, namun untuk tahun ketiga, pemerintahan di kampung itu sudah jalan sendiri. Yang mana tiga hari truk itu digunakan untuk memasarkan hasil kebun ke Kota Sarmi maupun ke Jayapura, kemudian 3 hari sisanya truk itu digunakan untuk mencari uang, sehingga bisa beli solar, bayar sopir maupun untuk perawatan.
"Memang berat, tetapi sekarang ini sudah ada tiga kampung yang sudah mampu beli truk lagi," katanya.
Di wilayah Sarmi sendiri awalnya ada 58 kampung, namun kemudian terjadi pemekaran kampung sehingga menjadi 86 kampung. Yang mendapat bantuan truk itu adalah kampung-kampung induk dan ke depannya program ini juga akan terus dilanjutkan.
Kemudian terkait penghargaan MURI sebagai Bupati yang paling sedikit dinas ke luar daerah yaitu hanya 4 kali selama periode 2005-2010, Fonataba menjelaskan, 4 kali dinas luar daerah itu adalah ke Jakarta. "Bahkan ada 2 tahun yang saya tidak ke Jakarta yaitu tahun 2008 dan tahun 2010 ini," tegasnya yang pada tahun 2010 ini juga mendapatkan penghargaan Satyalancana Karya Bakti Praja Nugraha.
Ini tentu sangat berbeda dengan bupati-bupati lain di Papua yang sangat sering pergi ke Jakarta, bahkan diantara mereka ada yang selalu weekend di Jakarta. Seringnya para bupati itu ke Jakarta juga ada yang beralasan untuk lobi ke pusat.
Saat ditanya mengapa tidak melakukan lobi seperti bupati lain? Dengan tegas Fonataba menyatakan, sekarang ini tidak perlu lagi yang namanya lobi, karena aturan sudah jelas. "DAU (Dana Alokasi Umum) dan DAK (Dana Alokasi Khusus) sudah jelas. Jadi tidak ada begitu-begitu lagi. Kalau dulu boleh begitu, tapi sekarang ini mereka (pemerintah pusat) melihat dari hasil kerja kita. Kalau kita kerja baik dan laporannya juga dikirim secara rutin, maka DAU dan DAK-nya pasti akan ditetapkan. Jadi untuk apa sebenarnya ke Jakarta? Kalau semua bupati datang lalu dikasih arahan itu kan hanya seremonial saja, lebih baik melihat kesulitan yang dialami rakyat," tandasnya.
Dengan adanya 3 penghargaan dari MURI ini, Bupati Fonataba mempersembahkannya untuk semua masyarakat Sarmi. "Semua yang kami kerjakan bersama Wakil Bupati Berthus Kyeu-Kyeu ini bukan karena kepandaian kami, tetapi karena Tuhan mengasihi kami dan karena rakyat juga selalu mengandalkan Tuhan. Sekali lagi, ini karena Tuhan yang telah mendengar seluruh apa yang kami kerjakan. Terimakasih buat Tuhan," ucapnya polos.
Secara khusus, Fonataba juga menyampaikan terimakasih kepada lima suku besar di Kabupaten Sarmi yaitu Sobe, Airmati, Rumbuway, Manirem dan Isirawa (yang membentuk kata Sarmi) yang telah memberi hak kesulungan untuk memimpin Sarmi dan juga kepada seluruh masyarakat yang telah memberi kepercayaan untuk memimpin Sarmi.
"Kami juga mengucapkan terimakasih kepada DPRD Sarmi yang telah menetapkan kami dalam Peraturan Daerah (Perda) sebagai peletak dasar pembangunan di Kabupaten sarmi," ucapnya.
Dalam perjalanan ini tentu ada kekurangan, karena itu Bupati Fonataba juga mohon maaf kepada seluruh masyarakat di Kabupaten Sarmi. "Kami berharap pemimpin yang akan datang akan lebih baik lagi dalam meneruskan pembangunan di Sarmi ini," pungkasnya yang mengakhiri masa tugasnya pada 26 Agustus 2010 ini. (***)
Semoga menjadi contoh dan tauladan bagi Bupati/Walikota. Juga bagi mereka yang bersiap mengikuti Pemilukada.
IPPMI I Ikatan Pelaku Pemberdayaan Masyarakat Indonesia I
INACED I Indonesian Association for Community Empowerment and Development I
www.ippmi.org I http://ippm-indonesia.blogspot.com I itaufan@gmail.com I
0816940978 I Planner & Community Development I
INACED I Indonesian Association for Community Empowerment and Development I
www.ippmi.org I http://ippm-indonesia.blogspot.com I itaufan@gmail.com I
0816940978 I Planner & Community Development I
Subscribe to:
Posts (Atom)